Langsung ke konten utama

Postingan

Setidaknya sampai nafasku habis

Aku masih ingat bagaimana telapakmu  menepuk-nepuk lembut punggungku setiap malam Aku masih ingat bagaimana rasa cubitanmu saat aku nakal Atau bagaimana caramu mencoba menghapus tangis di pipiku Sebanyak apa pun coklat yang belepotan di wajahku, bagimu aku selalu putri yang paling cantik Sebanyak apa pun doa yang aku pinta, kau akan menukar segala yang kau punya hanya agar aku bahagia Tahukah mah, terus bisa mengingatnya bukanlah pekerjaan yang mudah Aku begitu takut waktu merenggut mereka semua dari ingatanku Aku begitu takut melupakanmu sedikit demi sedikit, karena aku bukan anak yang pandai Karena akan ada banyak hal lain terjadi, dan membuatku mulai kesulitan mengulang bagaimana suaramu terdengar di dalam kepala Aku tahu mah, bahwa tak pernah ada hal yang bisa selamanya ada Atau bisa selamanya terjadi Atau bisa selamanya diingat Tapi aku mau bisa selama mungkin mengingatmu—setidaknya sampai nafasku habis
Postingan terbaru

Watch your words!

Kau tahu kenapa ada banyak anak-anak yang mencuri atau berbuat jahat? Atau berakhir dengan mental disorder? Tadinya ku pikir karena mereka kurang di didik oleh orang tua mereka atau orang tua mereka selalu memukuli mereka hingga mereka mengingat apa yang tak baik saja. Anak-anak cenderung lebih banyak menyerap hal-hal yang tak baik yang dilihatnya dan di dengarnya dibanding menyerap yang baik-baik jika tinggal di lingkungan yang tak baik. Namun sepertinya dugaanku salah. Banyak anak-anak yg nakal dan mencuri di luar sana karena kurangnya orang dewasa yang memberikan mereka pujian atas apa yang telah mereka lakukan. Pun banyak anak yg akhirnya mengalami depresi karena seringnya mereka mendapatkan tekanan dari orang dewasa dilingkungannya. Misalkan saja, mereka bekerja dan menghasilkan uang 10.000 dalam sehari, menyerahkannya pada ayah dan ibu mereka, bukannya mendengar ucapan “terima kasih nak, kamu sudah bekerja keras hari” mereka (mungkin) justru mendengar “Kok cuma segi

Belum saatnya berhenti, nona

Kalau kau menyerah sekarang, lantas siapa yang akan membungkam segala caci maki mereka nanti?  Siapa yang akan membuktikan bahwa cemoohan mereka itu salah? Siapa yang akan membuat mereka diam ketika mereka dengan bebas mengatakan bahwa kau bukanlah orang yang tepat dalam hal ini? Menyerah dan berhentilah hanya ketika kau sudah selesai. Bukan ketika sedang berjuang di tengah-tengah. Jika kau berhenti sekarang, maka itu mengartikan seluruh perkataan mereka yang merendahkanmu itu benar. Bahwa kau ini tidak bisa, kau itu payah, kau tak sanggup bertahan. Selama kau nyaman di tempat ini, selama kau merasa bahagia di tiap pagi, tetaplah untuk terus berjuang sekuatnya. Jangan berhenti hanya karena hasilnya masih sedikit. Semua butuh waktu. Jangan hanya karena orang lain sudah lebih dulu ‘Besar’ maka kau jadi berkecil hati dan merasa apa yang kau kerjakan sekarang itu ‘Kecil’. Selama kau bahagia dengan apa yang kau kerjakan sekarang, percayalah suatu saat itu akan menjad

Samudera Penghujung Desember

Malam ini masih seperti malam yang sama dengan tahun-tahun lalu. Sudah lebih dari satu tahun dari terakhir kali kita bertemu, namun kenangan itu masih tak mampu bergeser dari ingatan ku. Segala cara telah ku lakukan agar bisa mengikhlaskan dan perlahan melupakan. Benar kata orang, “Ketika kau patah hati. Biarkan hati mu beristirahat, jangan mencoba membukanya untuk yang lain. Karna jika itu terjadi hanya ada dua kemungkinan : kamu terus membandingkan sosok baru dengan sosok lama, atau kamu akan mendapatkan patah hati ganda”. Dan aku mengalami hal yang pertama. Aku menjadi pembanding yang menyeramkan bahkan untuk diri ku sendiri. Padahal aku tahu, membandingkan adalah hal buruk, bahkan sangat hina menurut ku. Karna aku pun sangat benci dibanding-bandingkan. Ah iya, mungkin kamu bukanlah Samudera, melainkan Angin Topan. Karena kamu menerbangkan ku tinggi bahkan terlalu tinggi, dan saat itu pula kau menjatuhkan ku ke bumi. Di penghujung Desember ini, tak akan lagi

Pemahaman baik

Sepanjang jalan ini, aku menemukan bagitu banyak hal yang kemudian menjadi cara pandang, menjadi semacam keyakinan yang melandasi pikiran. Hal-hal baik yang kupercayai bahwa itu selalu bekerja dengan cara-cara yang tidak aku mengerti, sangat rapi, hebat, dan menakjubkan. Aku merincinya, seperti; 1. Everything shall pass. Segala hal yang sedang kita hadapi, jalani, rasakan, pasti akan terlewati. Kegelisahan dan kekhawatiran ini akan terlewati, masa sendiri ini akan terlewati, ketakutan ini akan terlewati. Karena jawaban akan ada bila ada pertanyaan, maka jawaban atas segala perasaan yang kita rasakan, hal-hal yang kita alami pun akan kita dapatkan di masa depan. Bukan saat ini juga dan hari yang meresahkan ini pasti terlewati. Seperti dulu kita takut menghadapi Ujian Nasional saat SMA, UN itu pasti terjadi dan akan terlewati. Buktinya, kita sudah melewati itu beberapa tahun ke belakang kan? 2. Bila kita menutup satu pintu, maka Allah akan membukakan pintu yang lain. Ti

Kau tidak sedang berlomba dengan siapapun

Kau ini sebenarnya tidak sedang berlomba dengan siapa-siapa. Tidak mencari pemenang perihal siapa yang lebih banyak atau siapa yang lebih cepat sampai duluan. Tidak ada. Jika melihat hasil orang lain lantas membuatmu malah merasa kalah, merasa berkecil hati, merasa tertinggal, dan justru bukan bersemangat, maka berhentilah untuk melihat ke arah sana. Berhenti melihat orang lain. Stop, tinggalkan, lepaskan, unfollow. Tidak ada peraturan yang mengatakan bahwa kamu harus menjadikan pencapaian orang lain itu sebagai pemacu semangatmu, tidak ada. Jangan mengikuti kata-kata orang brengsek yang bilang bahwa pencapaian orang lain itu harus dijadikan sebuah motivasi, apabila jauh dalam dirimu kamu tidak bisa merasa seperti itu. Hidupmu ini ya hidup kamu sendiri, kamu tau mana yang kamu suka dan mana yang tidak kamu suka. Masa harus ngikutin kata orang lain? Nggak usah sok dewasa kalau memang tidak bisa. Setiap orang punya rezekinya masing-masing, punya waktunya masing-masing, punya