Selamat malam, Mamah. Kali ini aku akan menuliskan surat untukmu lagi. Terdengar gila mungkin, karena pasti surat ini tak akan sampai padamu. Tapi, ijinkan gadismu ini mengabadikannya melalui tulisannya. Ini sudah bulan Februari mah, tepat 8 bulan kau tak mendampingiku di dunia yang keras ini. Bagaimana disana? Apakah kau bisa dengan jelas melihatku dari sana? Betapa tak adilnya jika kau bisa melihatku setiap hari dari sana, sedangkan disini aku hampir mati karena merindukanmu. Tak apa, karena aku yakin, kau masih tetap disini. Didalam hatiku. Banyak sekali hal-hal yang ingin aku ceritakan padamu, banyak pula keluhan-keluhan yang ingin aku adu-kan padamu. Tentunya kau sangat tahu, kuliah didunia nyata tak se indah seperti yang di FTV mah, hehe. Pada semester ini, aku merasa seperti robot yang harus menjalani aktivitas wajib sebagai mahasiswi. Aku bahkan seperti tenggelam diantara banyaknya tugas-tugas yang harus ku selesaikan, sangat melelahkan. Kau tahu kan, ...
Tidak semua yang aku tulis adalah aku, dan berhentilah menerka-nerka, sebab dalam permainan kata, aku bebas menjadi apa dan siapa, karena dalam dunia kata aku adalah sutradaranya, aku adalah dalang pada tiap cerita.