Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2014

Perempuan dan ilalang

  Disatu sudut belahan bumi, entah dimana.. Selain eidelweis, perempuan itu juga begitu mencintai ilalang yang mampu hidup diladang-ladang tandus dan juga gersang. Sering kali dia merasa bahwa dia dan ilalang adalah saudara dalam wujud yang berbeda. Namun kisah mereka sama, perjalanan hidupnya pun nyaris tak berbeda. Dia sering kali tersenyum ketika melihat ilalang bergoyang, serupa melihat dirinya sendiri. Mereka tidak membutuhkan banyak alasan untuk bahagia. Bahkan sedikit semilir angin yang menggerakan ujung kerudungnya, telah mampu membuatnya tertawa. "Lihat.., betapa Semesta mencintaiku. Dikirimkanya hembusan angin untuk menyampaikan rindu. Tidakkah kau merasakannya begitu mesra?" Lalu perempuan itu sejenak memejamkan mata, tersenyum dan mengucap syukur atas segala kasih dan juga cinta yang menjaga kehidupannya. Ilalang adalah sahabat yang selalu menginspirasi. Bahwa betapa pun hidup terinjak, ditebas, digilas tidak ada alasan untuk mengalah, me

Karena Mereka mungkin tidak memahami

Ada beberapa pertanyaan yang sebaiknya dijawab dengan senyuman. Karena bagaimanapun kamu menjawab, mereka tidak mampu memahami. Salah satunya ketika mereka bertanya, “Kenapa kamu kembali pada orang yang telah menyakitimu berkali-kali?”. Tidak perlu kamu jawab, “Karena aku mencintainya”.  Jawaban tersebut terlalu klise dan tidak bisa mereka terima. Begitulah akhirnya mereka memberi gelar “si tolol” padamu.  Tapi tak apa, sebab mereka tidak mengalami. Mereka akan terus menyalahkan atas pilihanmu untuk terjatuh pada orang yang sama berulang kali. Mereka menjabarkan betapa hal yang kamu lakukan adalah suatu yang sia-sia dan membuang waktu. Mereka tidak tahu, bahwa mencintai bukan mengenai untung-rugi, karena cinta bukan perihal jual-beli. Ini soal hati yang tidak bisa kamu dustai.  Tak apa, karena mereka tidak memahami.