Aku masih ingat bagaimana telapakmu menepuk-nepuk lembut punggungku setiap malam Aku masih ingat bagaimana rasa cubitanmu saat aku nakal Atau bagaimana caramu mencoba menghapus tangis di pipiku Sebanyak apa pun coklat yang belepotan di wajahku, bagimu aku selalu putri yang paling cantik Sebanyak apa pun doa yang aku pinta, kau akan menukar segala yang kau punya hanya agar aku bahagia Tahukah mah, terus bisa mengingatnya bukanlah pekerjaan yang mudah Aku begitu takut waktu merenggut mereka semua dari ingatanku Aku begitu takut melupakanmu sedikit demi sedikit, karena aku bukan anak yang pandai Karena akan ada banyak hal lain terjadi, dan membuatku mulai kesulitan mengulang bagaimana suaramu terdengar di dalam kepala Aku tahu mah, bahwa tak pernah ada hal yang bisa selamanya ada Atau bisa selamanya terjadi Atau bisa selamanya diingat Tapi aku mau bisa selama mungkin mengingatmu—setidaknya sampai nafasku habis
Kau tahu kenapa ada banyak anak-anak yang mencuri atau berbuat jahat? Atau berakhir dengan mental disorder? Tadinya ku pikir karena mereka kurang di didik oleh orang tua mereka atau orang tua mereka selalu memukuli mereka hingga mereka mengingat apa yang tak baik saja. Anak-anak cenderung lebih banyak menyerap hal-hal yang tak baik yang dilihatnya dan di dengarnya dibanding menyerap yang baik-baik jika tinggal di lingkungan yang tak baik. Namun sepertinya dugaanku salah. Banyak anak-anak yg nakal dan mencuri di luar sana karena kurangnya orang dewasa yang memberikan mereka pujian atas apa yang telah mereka lakukan. Pun banyak anak yg akhirnya mengalami depresi karena seringnya mereka mendapatkan tekanan dari orang dewasa dilingkungannya. Misalkan saja, mereka bekerja dan menghasilkan uang 10.000 dalam sehari, menyerahkannya pada ayah dan ibu mereka, bukannya mendengar ucapan “terima kasih nak, kamu sudah bekerja keras hari” mereka (mungkin) justru mendengar “Kok cuma segi