Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

Mungkin sementara tapi semoga selamanya

Pada suatu masa, kurasa aku mati rasa. Hilang peka, serta segala hal bertemakan suka, cinta, dan apa apa yang kerap melengkapinya. Memilih untuk sendiri, -sebab bersama dengan seseorang dianggap terlalu riskan untuk kelak terluka lagi. Pada suatu masa, ku dapati aku mencumbui sepi hampir setiap hari. Kesepian menjadi teman. Hangatnya kebersamaan menjelma hanya sebatas impian. Imaji dan ilusi berlafadzkan kesendirian menyeruak tak dapat dikendalikan. Lalu aku menemukan kamu. Yang paras, rupa, tingkah laku, aroma, dan segala tentangmu hanya dapat membuatku terpaku. Lupa pernah terluka. Bergegas menjemput bahagia, berkemas dengan segera “ Mau kemana?” -  hampir seluruh panca indra dan logika bertanya. Mantap aku menjawab. “ Pindah, kini aku sudah menemukan rumah” “Hendak berapa lama disana?” -  giliran ragu dan ketakutan menguji segenap rasaku. Tak gentar aku menanggapi lagi  “Tidak sebentar, bukan hanya singgah. Mungkin sementara, tapi semoga selamanya” Kepada kamu, Aku

Yth. Masa lalu

Masa Lalu yang Aku Hormati, Sebelum aku berbicara panjang lebar, izinkan aku menulis sepotong sajak untukmu :   “Aku seringkali melihat bayanganku sendiri memelukmu. Tapi aku paham, sudah sejauh apa kita. Cuma bisa berharap suatu saat mesin waktu akan tercipta.” Masa Lalu yang Aku Hormati, Sepotong sajak di atas seolah berbicara bahwa tahun-tahun, bulan-bulan, dan hari-hari yang berlalu menjadi ujung atas kelelahanku sendiri, yang masih saja menunggu. Setiap teringat kamu, selalu ada kebahagiaan dan penyesalan, kesalahan dan kenangan. Masa Lalu yang Aku Hormati, Pada suatu waktu, aku membencimu… Mengapa? Sebab kamu, wahai masa lalu yang menyakitkan, selalu datang dalam mimpi-mimpiku cuma ingin membuka luka lama. Jadi untuk apa kamu hadir? Masa Lalu yang Aku Hormati, Berbaik hatilah sebentar, pergilah jauh. Atau perlu kumasukkan kau ke dalam kotak, lalu kubuang kuncinya, agar aku tidak bisa lagi membukanya? Hari demi hari yang bersimbah kenangan, di sanalah, peras