Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2015

KEPEREMPUANAN

Perempuan kuat bukanlah ia yang tak mau menangis karena takut terlihat lemah, justru ia selalu jujur dengan perasaannya sendiri dan berani mengungkapkannya. Ia dapat melakukan banyak hal dengan tangan dan kakinya sendiri, tapi juga tak segan menyandarkan kepalanya di atas bahu orang lain di akhir hari. Ia tak berkeberatan menghabiskan waktunya sendirian, tapi tetap membutuhkan teman bicara saat bulan mulai mengintip di atas langit. Perempuan kuat memperjuangkan bahagianya sebelum membahagiakan orang lain. Persediaan bahagianya harus cukup untuk dirinya dan orang-orang yang dikasihinya. Tak mungkin ia bisa bahagia, jika bahagianya hanya diperuntukkan untuk orang lain. Ia tak mau menipu dirinya sendiri. Perempuan yang kuat melindungi apa yang menjadi miliknya, tapi juga tahu kapan harus melepaskan mereka yang tak lagi memberinya rasa nyaman. Mereka yang tak lagi menghargai, membutuhkan, dan mencintai dirinya. Ia tahu itu. Ia tahu, tak ada gunanya mempertahan

Sebutlah aku (bukan) mawar

Merupakan kesempurnaanku ketika semua mencari. Ketika aku harus memilih, tak ada kemampuan untuk menetapkannya. Berhias diri sepenuh waktu, wewangian terbaik ku terapkan. Demi untuk seseorang yang mencariku dan memperlengkapku. Aku tancapkan ketidaksukaanku pada orang yang mencari hanya karena nafsu belaka. Hanya karena tertarik oleh yang tampak luar. Mereka sama saja, mengambilku dengan paksa. Tanpa pernah bertanya apakah aku mau dengannya atau tidak. Semua terjadi begitu saja. Aku hanya pemilik tubuh kecil di tengah angin yang memperolok sayap-sayapku. Yang entah sampai kapan akan terbang bebas mengitari impian kecilku. Aku hanya duduk di sini, tertanam di dalam sangkar hitam yang terus ku gerogoti. Ingatlah, sampai kapan pun, aku hanya sebagai penunggu tanpa memilih. Karena itu, baik-baiklah denganku.

9 Hal Yang Harusnya Mulai Dilakukan di Usia 20 Tahunan

Usia 20 Tahunan memang masa paling monumental dalam kehidupan kita. Kali ini kita akan membahas apa saja yang mungkin bisa kita mulai untuk membuat Usia 20 tahunan kita sebagai masa yang monumental dan berpengaruh positif pada masa depan kita jauh kedepan. 1. Mulai Berdiri dengan Kaki Sendiri Usia 20 tahunan adalah masa transisi yang cukup berat dalam zona kehidupan kita. Perpindahan masa dari era sekolahan ke dalam era karir menuntut kita untuk cepat beradaptasi dengan berbagai hal baru, salah satunya adalah kemandirian. Sudah bukan jamannya lagi bagi kita untuk terus-menerus meminta uang jajan dari orang tua. Berusahalah untuk hidup secara mandiri. Mulailah bekerja untuk membiasakan diri anda hidup dengan tidak bergantung pada orang lain. Meskipun penghasilan mungkin belum seberapa, toh itu adalah hasil kerja keras kita sendiri. “Real man use three pedals??? No! Ral Man pakai mobil yang dia beli dengan keringatnya sendiri.” – Bagus Berlian 2. Let’s Get Lost

PISAH (lagi)

Lagi. Sumpah serapah berserak di atas lantai Ngiangnya menyerikan telinga   Lagi. Ego dijual dengan harga paling tinggi Tak ada yang mau kalah   Lagi. Pisah menjadi satu-satunya kata yang keluar Segala janji hilang entah kemana   Lagi. Menyalahkan satu sama lain Membunuh satu sama lain   Lagi. Tak ada yang berani menyudahi Segala tengkar yang memilukan hati   Lagi. Dua bibir bisu untuk kata yang paling mereka percayai, “Cinta”. 

Ibu, hiduplah satu kali lagi.

Di pagi yang begitu sepi tanpa banyak suara dari lantai bawah, tiba-tiba aku dikagetkan oleh teriakanku sendiri. Kepalaku pening, tertunduk ke bawah seperti ada bayang-bayang pekat meraksasa di kepala. Aku bermimpi kembali menjadi anak berumur 7 tahun, saat Ibu masih hadir dalam setiap langkah hidupku. Saat setiap pagi tidak sesepi ini. Saat wangi masakan menyengat membuatku ingin sekali cepat-cepat melepaskan diri dari cengkraman selimut yang begitu hangat.  Ibu mulai menghembuskan napas terakhirnya pada saat aku berumur 19 tahun. Sebagai seorang perempuan yang di didik untuk selalu kuat, aku tak ingin menangis karena keadaan ini. Mengertilah aku perempuan yang paling benci menangis. Hingga sudah berbulan-bulan rinduku kepada Ibu tak pernah aku luapkan. Aku biarkan ia bungkam di dalam dada. Terkubur dalam kegelapan, seperti halnya Ibu. Dalam mimpiku tadi, aku sedang berjalan dengan Ibuku di kala senja lahir di antara saup-saup obrolan para penghuni komplek. Aku kembali