Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2014
Aku menulis, bukan untuk mengemis. Meski hatiku teriris, aku tak akan menangis. Aku ini seorang gadis, dengan cinta yang tak pernah habis. Meski caramu begitu sadis, aku tetap tersenyum manis.
Bahwa setiap orang juga berhak atas bahagia. Kuikhlaskan hatiku untuk melepasmu pergi mencari bahagia itu. Aku percaya bahwa Tuhan Maha Mengerti. Jika bahagiamu adalah aku, Dia pasti akan membawamu kembali. — Ke ruang dimana hanya ada Aku, dan Kamu. Hanya KITA.

Tak kutemukan bahagia itu

Sejenak saja rasanya aku ingin keluar dari rasa yang terus saja mencoba menjejali hari. Aku bosan terus-terusan terjerumus dalam rasa kehilangan. Apalagi jika itu kamu yang menjadi alasan dari setiap ingatan. Aku juga bosan untuk terus menerus menghadapi rasa rindu bercampur muak dengan segala anganmu yang seolah tak pernah berhenti untuk menghantui.                 Entahlah, aku sama sekali tak tau apa yang kini kurasa. Jika boleh diibaratkan, aku seperti seorang anak kecil yang kehilangan arah. Bingung, linglung. Meski aku terlihat menerima, tapi ingatlah, aku belum bisa mengerti tentang semua hal yang terjadi. Walaupun aku terlihat baik-baik saja, namun sebenarnya luka ini masih ada. Masih terbuka begitu lebar dan tak tahu sampai kapan Tuhan akan menyembuhkannya. Jika aku ditanya, apakah aku masih berdarah-darah menangisimu? Jawabannya TIDAK. Namun, jika aku kembali ditanya apakah aku sudah menemukan bahagia di hati yang baru? Jawabannya juga tentu TIDAK. Seperti t

Maafkan aku yang masih cinta

Tidak perlu menjadi yang paling pintar untuk mengetahui bahwa kenyataan seringkali tak sebanding dengan harapan. Aku salah satunya. Aku bukan seorang yang jenius, bukan seorang yang pintar menerawang, tapi kenyataannya, saat ini aku tau bagaimana saat harapan yang sudah lama dibangun harus hancur dengan kenyataan yang bertolak belakang. Dulu, kamulah yang selalu berputar-putar di otakku. Sampai saat ini pun masih. Entah kenapa kinerja pikiranku seolah tak membiarkan sedikitpun tentang kamu berlalu, walaupun pada kenyataan yang sebenarnya kamu memang telah pergi. Enam puluh hari sudah aku lewati. Tanpamu. Aku masih belum beranjak dari tempatkut—tempat terakhir kamu berpijak pada saat itu. Aku tau, aku cukup pintar untuk menunggu, namun kusadari pula bahwa apa yang kutunggu saat ini pun sudah berlalu. Benar bukan? Namun aku rasa, ini lebih dari itu. Entah mengapa, meskipun ku tahu kamu telah memilih bahagia bersama yang lain, seolah hati dan otak ini bersinkronisasi
Meski aku hanya diam saat kudengar langkahmu berjalan menjauhi pintu hatiku, namun ingatlah, bukan berarti aku tak menunggumu di balik pintu.” — Hingga entah sampai kapan, saat kakiku sudah tak lagi sanggup berdiri untuk menunggumu kembali pulang.
Gadis itu menyedihkan, Tuan. Seabai apapun kau, tetap saja ia cinta. Diabaikannya laki-laki lain yang peduli. Tahu kenapa? Karena mereka bukan kau. Gadis itu tidak akan bisa jika bukan engkau. ” — Kau tahu siapa gadis itu, Tuan? Ialah aku, gadis yang bodoh dan menyedihkan.

Untukmu.

Ini aku wanita bodohmu Hati yang masih bernafas namun kau paksa mati Dalam sekejap cinta berubah dusta Kau jadikan cintaku aneh bentuknya Tergambar dari mataku yang bengkak Aku jadi bahan tertawaan teman-temanmu Mempertahankan cinta walau menelan tawa Dustamu masih ku sanjung tinggi Meski dengan mata yang basah Aku bernafas, tetapi ingin menangis Bagaimana bisa aku membencimu? Hidupku adalah kamu. Sekarang lihatlah aku, lihat! Akulah wanita bodohmu yang selalu mencintaimu dengan bebal.