Kau seperti penyakit yang membunuhku perlahan. Pelan-pelan tapi pasti habis jiwa ragaku kau makan. Anehnya, walaupun tahu aku tak akan bersisa nantinya, aku tetap diam. Aku bahkan memberimu jalan melakukannya. Terus dan terus. Segala darimu, bahkan kesakitan pun, aku menikmatinya.
Tidak semua yang aku tulis adalah aku, dan berhentilah menerka-nerka, sebab dalam permainan kata, aku bebas menjadi apa dan siapa, karena dalam dunia kata aku adalah sutradaranya, aku adalah dalang pada tiap cerita.