Ada yang tengah berusaha aku tenggelamkan dengan sungguh-sungguh ke dasar hatiku, yaitu perihal kau dan kenangan ketika bersamamu. Untuk melupakanmu, aku mungkin tidak akan pernah benar-benar mampu. Kau, dengan segala yang ada padamu; kurang dan lebihmu, pernah begitu aku beri ruang untuk dengan leluasa bergerak sesukamu.
Kau tahu berapa tinggi gengsi yang harus kuturunkan dengan paksa demi bertahan mendampingimu? Kau tahu berapa besar ego yang harus aku kerdilkan demi bertahan menghadapimu segala ke-aku-anmu? Ah, Sayang, tak perlulah kujelaskan atau kusebutkan. Nanti kau kira aku tidak benar-benar ikhlas melakukannya. Biarlah nanti kau merasakannya sendiri, ketika tidak kau temukan lagi perempuan seperti aku ini. Aku menenggelamkan kau, bersama dengan banyak cita-cita yang sebelumnya kupikir kita bisa untuk berenang bersama untuk meraihnya, tapi ternyata tidak. Aku menenggelamkan kau, bersama dengan banyak cinta yang sebelumnya kubiarkan tum...
Tidak semua yang aku tulis adalah aku, dan berhentilah menerka-nerka, sebab dalam permainan kata, aku bebas menjadi apa dan siapa, karena dalam dunia kata aku adalah sutradaranya, aku adalah dalang pada tiap cerita.