Kapan kau akan berhenti mendobrak pintuku?
Tidakkah kau sadar semakin keras doronganmu, semakin besar kerusakan yang terjadi padaku?
Tak ku pungkiri pintu ku yang sudah tertutup rapat ini, sudah mulai kaku oleh dingin malam yang setia menyelimuti.
Mengapa kau begitu ingin masuk kedalam ruang kosong nya?
Jujur, ruang itu belumlah begitu kosong
Sampah kenangan, coretan kesedihan, bahkan lukisan keindahan masih ada didalamnya, hanya saja, penempat lamanya sudah pergi.
Aku tidak tahu kapan ia kembali, yang ku tahu, kunci ada padanya.
Tapi dengan segala kemungkinan, kau masih kekeuh dengan pendirianmu, mendobrak pintuku.
Tak inginku bohongi..Aku sudah goyah.
Pertahanan yang ku jaga selama ini mulai melemah.
Kau mendobraknya begitu bersemangat tanpa sadar kau sudah terluka.
Maafkan, aku tak ingin lebih rusak
Aku ingin kau mundur
Obati Lukamu
Bukan aku menunggunya yang masih memegang kunci.
Bukan aku menunggunya yang masih memegang kunci.
Bukan pula menolakmu untuk masuk.
Tapi carilah, atau mungkin rebutlah kunciku..
Pintuku, tak bisa lebih lama melihat dan merasakan kerasnya kesabaran, keikhlasan, dan semua kebaikan yang kau tunjukan.
Pintuku, tak bisa lebih lama melihat dan merasakan kerasnya kesabaran, keikhlasan, dan semua kebaikan yang kau tunjukan.
Itu hanya semakin menyakitkan, karna tak bisa terbuka sepenuhnya untukmu.
Pintuku sudah tersentuh oleh kalian.
Aku tak tahu, ia akan tetap hanya ingin terbuka oleh pemilik kunci atau si pejuang yang keras kepala.
Ia hanya menunggu waktu,
Hanya kepada waktu ia menyerahkan jawaban
Bahkan untuk berharap dan memilih satu namapun ia takut
Kini baginya yang terpenting, bagaimana membersihkan ruang kosong dan memperbaiki lagi pintu itu
Dan kembali menjadi singgasana yang pantas dan layak untuk ditempati oleh sesorang yang entah siapa, bukan saat ini tapi nanti, bukan hanya pagi, tapi sampai mati.
Sekarang biarkanlah ia menikmati dinginnya malam, setidaknya sampai mentari itu kembali datang, menghangatkan :)
-Tertanda : Tuan Putri :)
Komentar
Posting Komentar