Hai logika.. Surat ini ditulis oleh hati dengan hati-hati kepada logika yang terkadang merasa paling benar dan terkadang, memang dia benar.. Halo logika, ini hati. Sekarang pukul sembilan malam dan aku ingin memelukmu karena terlalu egois sehingga lelah sendiri. Cobalah untuk beristirahat sebentar. Mari kita minum susu hangat sambil membicarakan sesuatu yang kamu anggap dengan masalah.. Begini logika, aku akan menjelaskan sedikit. Tapi mungkin kamu sudah menyediakan alasan atau sanggahan untuk setiap pernyataan yang akan aku ucapkan, dan pasti kamu sedikit kesal karena keputusan yang aku ambil tanpa melibatkanmu.. Hah, aku memang egois, dan memang aku diciptakan untuk menjadi egois dan terima kasih karena kamu masih dengan berlapang dada memaklumi keegoisanku. Kita memang sahabat sejati. Aku beruntung sekali Tuhan menciptakan kamu sebagai pembuat kenormalan di tengah kenormalan.. Bagaimana kalau aku memijatmu sejenak. Mungkin kamu terlalu lelah mencari alasan untuk ...
Tidak semua yang aku tulis adalah aku, dan berhentilah menerka-nerka, sebab dalam permainan kata, aku bebas menjadi apa dan siapa, karena dalam dunia kata aku adalah sutradaranya, aku adalah dalang pada tiap cerita.