Hai logika..
Surat ini ditulis oleh hati dengan hati-hati kepada logika yang terkadang merasa paling
benar dan terkadang, memang dia benar..
Halo logika, ini hati. Sekarang pukul sembilan malam dan aku ingin memelukmu karena
terlalu egois sehingga lelah sendiri. Cobalah untuk beristirahat sebentar. Mari kita
minum susu hangat sambil membicarakan sesuatu yang kamu anggap dengan
masalah..
Begini logika, aku akan menjelaskan sedikit. Tapi mungkin kamu sudah menyediakan
alasan atau sanggahan untuk setiap pernyataan yang akan aku ucapkan, dan pasti kamu
sedikit kesal karena keputusan yang aku ambil tanpa melibatkanmu..
Hah, aku memang egois, dan memang aku diciptakan untuk menjadi egois dan terima
kasih karena kamu masih dengan berlapang dada memaklumi keegoisanku. Kita
memang sahabat sejati. Aku beruntung sekali Tuhan menciptakan kamu sebagai
pembuat kenormalan di tengah kenormalan..
Bagaimana kalau aku memijatmu sejenak. Mungkin kamu terlalu lelah mencari alasan
untuk tidak mendengarkan aku kali ini. Tapi tak apa, aku pun sering melakukannya. Dan
memang, ada perasaan bersalah sedikit ketika itu terjadi. Yah, seperti katamu, aku
harus menanggung resikonya. Dan seperti yang biasa terjadi, kamu pura-pura tidak
tahu tetapi tetap masih berusaha mengingatkan aku untuk mengangkat dagu seperti
orang sombong yang menantang dunia. Itu sebabnya aku yakin, apapun keputusan yang
aku ambil, kamu akan selalu seperti itu. Berusaha untuk menjadi normal dan
menjadikannya senormal mungkin..
Tenang logika, saat ini aku bahagia. Seharusnya kamu pun begitu. Kita tidak boleh
bertengkar terlalu lama. Hanya akan ada kesesakan nantinya. Bagaimana kalau kita
berdamai dan meminum segelas susu hangat tengah malam nanti. Seperti yang biasa
kita lakukan? Beri kabar segera ya..
Ah ya, terima kasih terima kasih dan terima kasih, aku mencintaimu tanpa hati-hati
dengan segenap hatiku..
Komentar
Posting Komentar