Perempuan kuat bukanlah ia yang tak mau menangis karena takut terlihat lemah, justru ia selalu jujur dengan perasaannya sendiri dan berani mengungkapkannya. Ia dapat melakukan banyak hal dengan tangan dan kakinya sendiri, tapi juga tak segan menyandarkan kepalanya di atas bahu orang lain di akhir hari. Ia tak berkeberatan menghabiskan waktunya sendirian, tapi tetap membutuhkan teman bicara saat bulan mulai mengintip di atas langit. Perempuan kuat memperjuangkan bahagianya sebelum membahagiakan orang lain. Persediaan bahagianya harus cukup untuk dirinya dan orang-orang yang dikasihinya. Tak mungkin ia bisa bahagia, jika bahagianya hanya diperuntukkan untuk orang lain. Ia tak mau menipu dirinya sendiri. Perempuan yang kuat melindungi apa yang menjadi miliknya, tapi juga tahu kapan harus melepaskan mereka yang tak lagi memberinya rasa nyaman. Mereka yang tak lagi menghargai, membutuhkan, dan mencintai dirinya. Ia tahu itu. Ia tahu, tak ada gunanya mempertahan...
Tidak semua yang aku tulis adalah aku, dan berhentilah menerka-nerka, sebab dalam permainan kata, aku bebas menjadi apa dan siapa, karena dalam dunia kata aku adalah sutradaranya, aku adalah dalang pada tiap cerita.