Kepada sesosok pria yang telah membuat putriku membiaskan semu merah dipipinya.
Bisakah kau kuberi titipan yang begitu berharga dalam hidupku?
Kau, yang beberapa hari terakhir berhasil membuatku merasa iri karena tak lama lagi aku akan tergantikan di hati gadis itu.
Gadis itu, bukanlah sosok gadis yang tiba-tiba ada begitu saja dihadapanmu.
Jauh sebelum kau bertemu dengannya, dia sudah ada dalam hidupku terlebih dahulu.
Menjadi yang paling cantik nomor dua setelah istriku.
Menjadi yang selalu kubanggakan nomor satu, dan menjadi yang kucintai melebihi apapun yang ada didunia ini.
Jauh sebelum kau bertemu dengannya, aku yang selalu mengajarinya untuk tetap kuat dalam menghadapi situasi apapun.
Jika boleh kuingat kembali, saat jatuh dari sepeda roda dua adalah tangisan paling lama yang pernah kudengar dari mulut mungilnya.
Kakinya terluka sedemikan banyaknya mengeluarkan darah.
Setiap ia merasa sakit, ia selalu merengek padaku atau pada istriku untuk sekedar membelainya atau mencium keningnya agar ia selalu merasa tenang.
Namun, sekarang sudah berbeda.
Gadis itu telah menjadi gadis cantikku yang manis, yang sudah tak lagi menangis karena jatuh dari sepeda roda dua atau saat eskrim favoritnya meleleh terpapar matahari.
Kulihat dia tumbuh menjadi sosok gadis yang periang dan selalu tersenyum untukku dan istriku di setiap pagi.
Mungkin, sejak mengenal sosokmu, aku tak lagi bisa mengerti.
Di balik senyuman manisnya, aku tak pernah tau apakah ia pernah menangis perih untuk kedua kalinya setelah masa kecilnya dulu.
Di balik cintanya padaku dan istriku, ada cinta yang lain yang mulai ia tumbuhkan dan selalu tersenyum malu-malu saat aku menanyakan siap gerangan sosok yang membuatnya demikian.
Gadis ini yang aku dan istriku rawat hingga ia secantik sekarang, yang berusaha selalu kubahagiakan dalam sedih dan tawanya, yang berusaha kulindungi tubuh, hati dan pikirannya agar tak mudah ia meneteskan air mata, yang kubanggakan dan selalu aku percaya dalam tiap langkahnya.
Kau. Bisakah kau Mengerti bahwa kau adalah bahagianya? Melengkapi setiap tulang rusuk rapuhnya?
Kau. Bisakah kau membimbing gadis itu untuk menjadi wanita pilihan terbaikmu?
Menuntunya perlahan, berjalan bersama disampingmu agar ia menjadi makhluk titipan Tuhan yang selalu kubanggakan?
Kau. Bisakah kau menjaga tubuh, hati dan pikirannya seperti aku melakukannya?
Menjadikannya sesosok wanita sempurna yang taat padamu, dan Tuhannya?
Kau. Bisakah kau untuk tak sekalipun membuatnya meneteskan airmata karena sakitnya memikirkanmu?
Seperti prinsip yang kutanamkan, bahwa air matanya adalah kepedihan paling pedih yang kurasakan jika itu terjadi.
Kau. Bisakah kau memberi satu kenikmatan hidup, melengkapi kebutuhan gizinya seperti yang selama ini aku berikan padanya?
Menjadikannya koki terhebat dalam hidupmu, seperti yang kulakukan pada istriku?
Gadis itu anugerahku dari Tuhan yang terindah.
Gadis itu putriku cantikku.
Sebelum kau berjanji di depan Tuhan, maka berikan aku jaminan terlebih dahulu bahwa kau bisa menggantikanku membimbing dan merawatnya.
Tertanda
Seorang lelaki yang tak akan pernah tega menyakiti gadis yang mencintaimu.
#sebuah cerita dari abang SegelasKopi
uwuwuwuwuwu
BalasHapusTulisanmu sangat spesial. Pinguin sakti, JAS39 Gripen.
BalasHapus