Masa Lalu yang Aku Hormati,
Sebelum aku berbicara panjang lebar, izinkan aku menulis sepotong sajak untukmu : “Aku seringkali melihat bayanganku sendiri memelukmu. Tapi aku paham, sudah sejauh apa kita. Cuma bisa berharap suatu saat mesin waktu akan tercipta.”
Masa Lalu yang Aku Hormati,
Sepotong sajak di atas seolah berbicara bahwa tahun-tahun, bulan-bulan, dan hari-hari yang berlalu menjadi ujung atas kelelahanku sendiri, yang masih saja menunggu. Setiap teringat kamu, selalu ada kebahagiaan dan penyesalan, kesalahan dan kenangan.
Masa Lalu yang Aku Hormati,
Pada suatu waktu, aku membencimu… Mengapa? Sebab kamu, wahai masa lalu yang menyakitkan, selalu datang dalam mimpi-mimpiku cuma ingin membuka luka lama. Jadi untuk apa kamu hadir?
Masa Lalu yang Aku Hormati,
Berbaik hatilah sebentar, pergilah jauh. Atau perlu kumasukkan kau ke dalam kotak, lalu kubuang kuncinya, agar aku tidak bisa lagi membukanya? Hari demi hari yang bersimbah kenangan, di sanalah, perasaanku, bercampur aduk, antara ingin menangisi atau menertawai diri sendiri.
Masa Lalu yang Aku Hormati,
Terima kasih untuk segalanya. Mudah-mudahan aku bisa tersenyum setelah ini, saat aku mampu berkata dalam hati, “beruntung aku pernah mengenalmu, beruntung aku pernah bersamamu, dan keberuntungan-keberuntungan lainnya yang tidak akan lagi menjadi nyata.” Ucapan itu memang bukanlah sesuatu yang mudah. Butuh proses yang sayangnya, tidak sebentar. dan sekarang aku pasti telah mampu berkata, “Kamu tidak boleh lagi masuk ke dalam hidupku”.
Komentar
Posting Komentar