Kenapa kamu bisa serapuh ini? Kenapa kamu biarin diri kamu sebegini menyedihkannya ? Tolong, ini cuma dia! Ini cuma dia! Dia bukan siapa-siapa. Tidak seharusnya dia bisa bikin kamu menelan semua harga dirimu. Tidak seharusnya dia bisa bikin kamu susah mengenali dirimu sendiri.. Apa? Sakit? Aku tau! Demi Tuhan, aku tau! Tapi, ayolah. Kalau kamu mau menyembuhkan sakitnya, berhenti menabur garam di atas lukamu. Berhenti membenci pemberi luka yang membuat kamu menangis. Hanya berhenti.. Lukamu sudah cukup sakit, bukan? Apa lukamu kurang dalam sampai kamu merasa perlu menambahkan sayatan? Apa kamu tidak merasa muak dengan dia yang meninggalkan luka menjijikkan itu, sampai kamu masih saja merasa perlu untuk menangisi saat lukamu berdenyar ? Simpan saja sedihmu sendiri. Bagi sedikit dengan orang-orang terdekatmu, orang-orang kepercayaanmu. Orang yang akan ikut merasakan, bukan nantinya malah menertawakan. Setelah disakiti sebegitunya, kamu masih mengijinkan dia untuk menertawakan? Kamu ...
Tidak semua yang aku tulis adalah aku, dan berhentilah menerka-nerka, sebab dalam permainan kata, aku bebas menjadi apa dan siapa, karena dalam dunia kata aku adalah sutradaranya, aku adalah dalang pada tiap cerita.