Sumpah pemuda merupakan tonggak besar dalam sejarah gerakan kemerdekaan Indonesia.
Ikrar ini juga dianggap sebagai roh kristalisasi untuk menegaskan cita-cita berdirinya republik ini.
Hal tersebut diputuskan melalui konggres pemuda pada 27-28 Oktober 1928, di Batavia, yang kini lebih dikenal dengan Jakarta.
Hasilnya berupa pengakuan pemuda yang berjanji satu negara, satu bangsa, dan satu bahasa.
Peristiwa besar dalam sejarah republik ini tak luput dari campur tangan seorang Mohamad Yamin.
Pria yang kisah asmaranya kurang dikenal masyarakat (sehingga pemuda Jong Soerabaja seperti @kopigenic dan @akarpena tak bisa menjadikannya panutan, serta sebagai contoh, bagaimana semangat nasionalisme perjuangan melawan kenangan) ia juga merupakan perumus sumpah pemuda.
Dalam konggres 1928 itu, ketua konggres, Soegondo Djojopoespito, beserta perwakilan pemuda dari berbagai penjuru nusantara, baik dari organisasi kepemudaan sampai komunitas kaum alay tumplek jadi satu, dengan membawa semangat persatuan demi membebaskan diri dari cengkraman pemerintah Hindia Belanda, juga rong-rongan mantan yang ngebet ngajak balikan.
Coba bayangkan andai saja waktu itu Mohammad Yamin dirundung galau akibat tak kunjung mengungkapkan perasaan cintanya, karena ia tahu, jika hubungan asmara bersama Siti Sundari tak bakal direstui orang tua calon pacarnya itu.
Sebab Sundari yang keturunan priayi ini bekerja sebagai pengajar di Kweek Scool dan Sekolah Guru serta bergaji dan layak kawin dengan dokter atau pegawai kantoran.
Sementara pemuda Yamin masih duduk di bangku kelas 1 Algemeene Middelbare Scool (AMS) atau setingkat SMA di Yogyakarta.
Sungguh beruntungnya Sundari, pemuda Yamin bukan tergolong tipe pria cemen yang menyiksa bakal pacarnya menunggu terlalu lama mendapat kepastian.
Bahkan dalam waktu tiga bulan, Yamin pun melamarnya, meski awalnya orang tua Sundari tak merestui.
Maka dari itu, ikrar sumpah pemuda tetap berjalan dengan lancar.
Mohammad Yamin merancangnya saat Mr. Sunario pidato di akhir konggres, dan pada waktu yang sama pula, Siti Sundari adalah seorang orator ulung, serta menjadi salah satu perempuan yang berani berpidato dengan lantang di konggres ini.
Seandainya pemuda masa kini mampu meniru keberanian Mohammad Yamin dalam memperjuangkan Siti Sundari, dan setidaknya tak bermental kacangan untuk mengungkapkan perasaannya pada perempuan, seperti seorang pemuda berinisial Hasrul Santoso yang hingga kini masih tak tau apa yang ia harus lakukan terhadap perempuan yang menjadi dambaannya, dan belakangan diketahui bernama Fitriyos tersebut , tidak menutup kemungkinan gerakan menolak move on tak seperih ditinggal rabi, dan program pengentasan jomblo pun bisa teratasi.
Namun sayang, pemuda yang jemarinya lincah memetik senar gitar ini, tak segera mengeksekusi segala keputusan konggres Darma Alam baru-baru ini.
Konggres yang digodok dari berbagai pendapat, serta berbagai macam teori dan bahkan mengambil filosofi truk lombok, yang pada akhirnya beberapa perwakilan pemuda baper dari berbagai penjuru nusantara, menyepakati beberapa hal.
Tak jauh berbeda dengan kongres 1928 yang dilakukan Mohammad Yamin, kesepakatan dalam konggres 2015 pun menghasilkan ikrar Sumpah Cah Baper yang bunyinya:
Sumpah Cah Baper
- Kami cah baper Indonesia mengaku, bertumpah darah satu, tanah air kesedihan.
- Kami cah baper Indonesia mengaku, berbangsa satu, bangsa kesepian.
- Kami cah baper Indonesia mengaku, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa pengharapan.
Ikrar sumpah Cah Baper inilah, yang akan menjadi kekuatan dasar, gerakan melawan move on.
Dengan harapan, membentuk jiwa yang mandiri, setrong dan tangguh dalam berjuang mendapat pasangan tanpa melupakan segala kenangan bersama mantan.
Selamat Hari Sumpah Pemuda 2015 !!
Ikrar ini juga dianggap sebagai roh kristalisasi untuk menegaskan cita-cita berdirinya republik ini.
Hal tersebut diputuskan melalui konggres pemuda pada 27-28 Oktober 1928, di Batavia, yang kini lebih dikenal dengan Jakarta.
Hasilnya berupa pengakuan pemuda yang berjanji satu negara, satu bangsa, dan satu bahasa.
Peristiwa besar dalam sejarah republik ini tak luput dari campur tangan seorang Mohamad Yamin.
Pria yang kisah asmaranya kurang dikenal masyarakat (sehingga pemuda Jong Soerabaja seperti @kopigenic dan @akarpena tak bisa menjadikannya panutan, serta sebagai contoh, bagaimana semangat nasionalisme perjuangan melawan kenangan) ia juga merupakan perumus sumpah pemuda.
Dalam konggres 1928 itu, ketua konggres, Soegondo Djojopoespito, beserta perwakilan pemuda dari berbagai penjuru nusantara, baik dari organisasi kepemudaan sampai komunitas kaum alay tumplek jadi satu, dengan membawa semangat persatuan demi membebaskan diri dari cengkraman pemerintah Hindia Belanda, juga rong-rongan mantan yang ngebet ngajak balikan.
Coba bayangkan andai saja waktu itu Mohammad Yamin dirundung galau akibat tak kunjung mengungkapkan perasaan cintanya, karena ia tahu, jika hubungan asmara bersama Siti Sundari tak bakal direstui orang tua calon pacarnya itu.
Sebab Sundari yang keturunan priayi ini bekerja sebagai pengajar di Kweek Scool dan Sekolah Guru serta bergaji dan layak kawin dengan dokter atau pegawai kantoran.
Sementara pemuda Yamin masih duduk di bangku kelas 1 Algemeene Middelbare Scool (AMS) atau setingkat SMA di Yogyakarta.
Sungguh beruntungnya Sundari, pemuda Yamin bukan tergolong tipe pria cemen yang menyiksa bakal pacarnya menunggu terlalu lama mendapat kepastian.
Bahkan dalam waktu tiga bulan, Yamin pun melamarnya, meski awalnya orang tua Sundari tak merestui.
Maka dari itu, ikrar sumpah pemuda tetap berjalan dengan lancar.
Mohammad Yamin merancangnya saat Mr. Sunario pidato di akhir konggres, dan pada waktu yang sama pula, Siti Sundari adalah seorang orator ulung, serta menjadi salah satu perempuan yang berani berpidato dengan lantang di konggres ini.
Seandainya pemuda masa kini mampu meniru keberanian Mohammad Yamin dalam memperjuangkan Siti Sundari, dan setidaknya tak bermental kacangan untuk mengungkapkan perasaannya pada perempuan, seperti seorang pemuda berinisial Hasrul Santoso yang hingga kini masih tak tau apa yang ia harus lakukan terhadap perempuan yang menjadi dambaannya, dan belakangan diketahui bernama Fitriyos tersebut , tidak menutup kemungkinan gerakan menolak move on tak seperih ditinggal rabi, dan program pengentasan jomblo pun bisa teratasi.
Namun sayang, pemuda yang jemarinya lincah memetik senar gitar ini, tak segera mengeksekusi segala keputusan konggres Darma Alam baru-baru ini.
Konggres yang digodok dari berbagai pendapat, serta berbagai macam teori dan bahkan mengambil filosofi truk lombok, yang pada akhirnya beberapa perwakilan pemuda baper dari berbagai penjuru nusantara, menyepakati beberapa hal.
Tak jauh berbeda dengan kongres 1928 yang dilakukan Mohammad Yamin, kesepakatan dalam konggres 2015 pun menghasilkan ikrar Sumpah Cah Baper yang bunyinya:
Sumpah Cah Baper
- Kami cah baper Indonesia mengaku, bertumpah darah satu, tanah air kesedihan.
- Kami cah baper Indonesia mengaku, berbangsa satu, bangsa kesepian.
- Kami cah baper Indonesia mengaku, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa pengharapan.
Ikrar sumpah Cah Baper inilah, yang akan menjadi kekuatan dasar, gerakan melawan move on.
Dengan harapan, membentuk jiwa yang mandiri, setrong dan tangguh dalam berjuang mendapat pasangan tanpa melupakan segala kenangan bersama mantan.
Selamat Hari Sumpah Pemuda 2015 !!
Hihihihi. Eneng-eneng wae Sa (:
BalasHapus