Tidak perlu menjadi yang paling pintar untuk mengetahui bahwa kenyataan seringkali tak sebanding dengan harapan. Aku salah satunya. Aku bukan seorang yang jenius, bukan seorang yang pintar menerawang, tapi kenyataannya, saat ini aku tau bagaimana saat harapan yang sudah lama dibangun harus hancur dengan kenyataan yang bertolak belakang. Dulu, kamulah yang selalu berputar-putar di otakku. Sampai saat ini pun masih. Entah kenapa kinerja pikiranku seolah tak membiarkan sedikitpun tentang kamu berlalu, walaupun pada kenyataan yang sebenarnya kamu memang telah pergi. Enam puluh hari sudah aku lewati. Tanpamu. Aku masih belum beranjak dari tempatkut—tempat terakhir kamu berpijak pada saat itu. Aku tau, aku cukup pintar untuk menunggu, namun kusadari pula bahwa apa yang kutunggu saat ini pun sudah berlalu. Benar bukan? Namun aku rasa, ini lebih dari itu. Entah mengapa, meskipun ku tahu kamu telah memilih bahagia bersama yang lain, seolah hati dan otak ini bersinkronisasi...