Pada dunia yang ramai ini, ada yang akhirnya memilih sibuk untuk sendiri. Tentu kita tahu, karena kitalah yang sendiri itu. Berdekapan dengan sesuatu yang tak pernah orang mau. Kesunyian, kehampaan, dan segala hal tak menyenangkan yang penuh penyambutan. Mereka bilang, seluruh ini adalah perlambang kita tak mencintai diri sendiri. Tapi apa sebenarnya mencintai diri sendiri itu? Apakah segala yang pernah mereka lakukan kepada aku dan kamu? Bumi sudah menyetujui, tak pernah ada yang benar-benar digenapi di sini. Seperti senyuman yang terkadang diludahi, seperti mencintai lalu sengaja disakiti. Tapi, ya, ada yang mampu menyamarkan lara dalam paling kelabunya warna. Seolah senyuman dan cintanya tak berganti rupa. Seolah ludah dan lara cukup dikeringkan terik kemarau saja. Seolah perlakuan buruk atas ketulusan tak dapat membuat hati seketika gersang. Bukan hanya layu. Bukan hanya tum...
Tidak semua yang aku tulis adalah aku, dan berhentilah menerka-nerka, sebab dalam permainan kata, aku bebas menjadi apa dan siapa, karena dalam dunia kata aku adalah sutradaranya, aku adalah dalang pada tiap cerita.