Selamat Malam, Tuan. Mungkin ini adalah surat pertama yang akan aku tuliskan untukmu, tetapi bukan tulisan pertama tentangmu. Ketika kau membaca ini (entah kau akan membaca atau tidak), aku berharap kau bisa tahu bahwa aku masih tetap memikirkanmu sampai saat ini. Entah bagaimana denganmu. mungkin saat ini, kau sedang berkumpul dengan teman-temanmu, keluargamu atau mungkin 'teman wanita'mu. ah, aku tak akan berfikiran buruk tentang itu. Ketika aku menuliskan surat ini, aku sedang memikirkan hari pertama kita bertemu. sebenarnya mungkin itu bukan hari pertama, karena sebelum itu pun kita pernah bertemu, tetapi belum menyadari keberadaan masing-masing. Aku menganggap pertemuan kita sebagai takdir. entah takdir baik atau buruk. Awalnya, aku bahkan tak pernah menyangka bahwa kau-lah yang akhirnya akan membuatku seperti ini. ya, seperti ini. seperti orang bodoh. Kau pasti sudah tau, jika pada awal dulu, aku tak pernah berfikiran untuk mencintaimu sedalam ini. ...
Tidak semua yang aku tulis adalah aku, dan berhentilah menerka-nerka, sebab dalam permainan kata, aku bebas menjadi apa dan siapa, karena dalam dunia kata aku adalah sutradaranya, aku adalah dalang pada tiap cerita.