Disatu sudut belahan bumi, entah dimana.. Selain eidelweis, perempuan itu juga begitu mencintai ilalang yang mampu hidup diladang-ladang tandus dan juga gersang. Sering kali dia merasa bahwa dia dan ilalang adalah saudara dalam wujud yang berbeda. Namun kisah mereka sama, perjalanan hidupnya pun nyaris tak berbeda. Dia sering kali tersenyum ketika melihat ilalang bergoyang, serupa melihat dirinya sendiri. Mereka tidak membutuhkan banyak alasan untuk bahagia. Bahkan sedikit semilir angin yang menggerakan ujung kerudungnya, telah mampu membuatnya tertawa. "Lihat.., betapa Semesta mencintaiku. Dikirimkanya hembusan angin untuk menyampaikan rindu. Tidakkah kau merasakannya begitu mesra?" Lalu perempuan itu sejenak memejamkan mata, tersenyum dan mengucap syukur atas segala kasih dan juga cinta yang menjaga kehidupannya. Ilalang adalah sahabat yang selalu menginspirasi. Bahwa betapa pun hidup terinjak, ditebas, digilas tidak ada alasan untuk mengalah, me...
Tidak semua yang aku tulis adalah aku, dan berhentilah menerka-nerka, sebab dalam permainan kata, aku bebas menjadi apa dan siapa, karena dalam dunia kata aku adalah sutradaranya, aku adalah dalang pada tiap cerita.