Mereka bilang, “Enak ya jadi pihak yang mutusin, gampang, gak perlu mohon-mohon buat mempertahanin hubungan.” Aku bisa bilang kalau apa yang mereka katakan itu salah. Menjadi pihak yang memutuskan untuk pergi itu tidak enak. Sama sekali. Jika ada yang bertanya, lalu mengapa dilakukan? Aku akan menjawab karena aku tidak ingin menyakitinya lebih lama lagi. Lalu aku mendengar banyak orang yang menyesal karena mereka yang diputuskan duluan, mengeluh kenapa bukan mereka yang memutuskan lebih dulu. Aku benar-benar ingin berteriak kepada mereka bahwa sungguh, tidak enak memutuskan duluan. Mereka tidak mengerti kalau meninggalkan itu lebih susah daripada ditinggalkan. Sama saja sakitnya dengan ditinggalkan. Tapi tidak ada yang bertanya apakah aku baik-baik saja, karena orang yang memutuskan pergi harusnya tidak kenapa-kenapa, bukan? Mereka tidak tahu bahwa sulit sekali berpura-pura bahwa aku sudah tidak peduli saat aku mematahkan hati dan menghancurkan mimpi-mimpinya....
Tidak semua yang aku tulis adalah aku, dan berhentilah menerka-nerka, sebab dalam permainan kata, aku bebas menjadi apa dan siapa, karena dalam dunia kata aku adalah sutradaranya, aku adalah dalang pada tiap cerita.