When I lost my mom, I thought I would lose my life. But, well, I don’t. I am still here, willing to live my life and thank you, me. - Sa
Kamu tahu, ada begitu banyak hal buruk yang kamu bayangkan, padahal saat dijalani, ternyata tidaklah seburuk itu. Dan ada juga begitu banyak hal indah yang kamu bayangkan, padahal saat dijalani, ternyata tidaklah seindah itu.
Manusia kebanyakan hidup dalam angan-angannya—tidak terkecuali saya. Banyak hal yang membuat saya khawatir dan takut, banyak juga hal yang membuat saya iri juga pesimis pada diri saya sendiri. Dan itu semua bermula dari angan-angan saya tentang hari esok.
Bagaimana nanti kalau.. bagaimana nanti jika.. bagaimana nanti bila.. dan yang lain sebagainya.
Bagaimana nanti kalau.. bagaimana nanti jika.. bagaimana nanti bila.. dan yang lain sebagainya.
Sebutlah saja, mungkin titik terendah dalam hidup saya datang saat mamah saya meninggal. Saat itu saya tahu beliau sakit parah, saya tahu waktunya tidak akan lama lagi, saya bahkan sempat mengatakan padanya sambil berbisik; 'Tak apa Ma, Ninis akan baik-baik saja. Tidak perlu khawatir. Suatu hari nanti, aku akan bertemu pria yang menyayangiku dengan baik—walau pasti tidak sebaik sayangmu selama ini.' bahkan kata-katanya yang selalu saya ingat adalah 'dek, gimana ini. mamah sakit. padahal mamah pengin lihat kamu nikah'. seketika itu hancur sudah petahanan air mata yang sejak awal saya tahan agar tak terlihat sedih dihadapan nya.
Karena apalagi yang mampu seorang ibu khawatirkan dari anak perempuan terkecilnya ini, kalau bukan soal pasangan hidup? Saya tahu, dia pasti begitu sedih, karena bahkan dia tidak berkesempatan untuk melihat seperti apa rupa pasangan saya nanti. Karena saya adalah anak terakhirnya yang belum berkeluarga.
Namun tetap saja, saat hari itu benar-benar datang. Saat saya akhirnya menyadari bahwa tidak akan ada lagi beliau selama-lamanya, saya hancur berkeping-keping. Satu tahun saya bahkan tidak ingin melakukan apa-apa. Saya kehilangan rasa ingin tahu akan hari esok. What about tomorrow? Saya tidak peduli. Walau pun setengah mati saya berusaha terlihat baik-baik saja, saya tetap tidak tertolong. Setiap malam, saya begitu takut memejamkan mata, karena saya begitu takut akan kematian. Karena akhirnya saya tahu, bahwa kematian adalah tempat yang begitu sepi dan sendirian, Dan mamah saya berada di sana.
Tapi hari-hari itu sudah berada di belakang saya. Saya yang sekarang, sudah bersahabat dengan ‘kebaik-baik sajaan’. Bahkan kuliah saya masih lancar sampai sekarang dan mencoba menikmati rejeki yang menjadi bagian saya.
Siapa pun, pasti punya waktunya untuk meninggalkanmu. Hal apa pun, pasti punya waktunya untuk berlalu. Tapi yakinlah, setiap kehilangan yang terjadi, akan membuatmu lebih menghargai mereka yang masih setia bertahan di sisimu sampai saat ini.
Kesedihan dan kekecewaan seperti apa pun pasti akan punya waktunya untuk selesai, asal kamu tetap bertahan menjalani hidupmu dan mensyukuri apa yang masih tertinggal di dalamnya.
Begitu pun penantian akan hal-hal yang belum bisa kamu miliki sampai saat ini. Mimpi-mimpi yang kerap membuat hatimu sesak, karena belum juga berhasil kamu wujudkan. Well, I have been there so many times.
Membayangkan hal-hal indah—yang mungkin bila saja bisa benar terjadi, hidup saya akan jauh lebih baik. Padahal ya belum tentu. Siapa yang bisa menjamin memang?
Tuhan Maha Bijaksana. Memberi segala yang kamu butuhkan, bukan yang kamu inginkan. Mengantar dan mengambil segala, tepat pada waktunya. - Sa
Saat itulah, saya mencoba memahami makan ‘ikhlas’, menerima bahwa segala yang pernah terjadi dan belum sempat terjadi dalam hidup saya adalah bagian terbaik yang bisa saya miliki saat ini. Selama saya menjalani hidup dengan memilih jadi manusia terbaik yang bisa saya upayakan. Selama saya terus berusaha, berdoa, dan berharap dengan bijaksana—Tuhan tidak akan pernah menutup matanya. Dia selalu mendengar harapan saya, bahkan mungkin yang tidak mampu terucap sekali pun--karena terlalu besarnya harapan itu.
Karena akhirnya saya menyadari, bahwa ada begitu banyak doa dan harapan yang bahkan saya lupa pernah menginginkannya, ternyata mampu benar terjadi. Mungkin memang bukan terjadi di waktu yang saya inginkan, tapi jelas terjadi di waktu yang paling tepat. Karena mungkin saja, bila saya memiliki atau menjalani harapan itu di waktu yang lalu, hidup saya tidaklah sebaik ini.
Percayalah, bahwa Dia adalah Dzat Yang Maha Bijaksana. Dia mengetahui hal-hal yang masih jadi rahasia. Dia menjagamu, sebaik kamu menjaga dirimu dalam doa-doa dan perbuatan baik yang kamu lakukan selama ini. Percayalah.
Komentar
Posting Komentar